Anak Jalanan Tanggung Jawab Siapa?

Oleh : Fatmasari Widyastuti

NIM : 12104241022

Anak jalanan, siapa yang ngga tau anak jalanan ? pakaian yang lusuh, muka yang belepotan, rambut yang tidak terurus dan kulit kusam. Begitulah anggapan kita saat mendengar kata-kata anak jalanan. Sering kita lihat mereka ada di perempatan lampu merah,di pinggir jalan, dengan berbagai pekerjaan mereka seperti mengamen, mengelap kaca, menjual koran, mengemis bahkan sering kita jumpai pula seorang ibu-ibu yang menyuruh anaknya mengemis. Tak peduli siang terik matahari, derasnya hujan, badai, petir mereka tetap berada tempat yang bagi orang lain ungkin tidak layak. Mereka jarang tersenyum bukan karena mereka enggan untuk tersenyum. Tapi, hidup dan waktu seolah menuntut mereka untuk menghabiskan sebagian besar kehidupan untuk bekerja keras sehingga terkadang mereka lupa bahwa ada waktu untuk tersenyum. Seolah dunia begitu keras menuntut mereka hingga mereka lupa untuk tertawa. Bahkan, mereka tidak punya waktu untuk tersenyum. Apa mereka lupa cara tersenyum? Sebagian mungkin mengeluh, sebagian juga mungkin hanya menikmati saja keadaan hidup yang mereka jalani.

Perlu kita ketahui usia produktif 5 tahun sampai umur 18 tahun adalah usia yaang tepat untuk mengembangkan kemampuan otak mereka dengan bersekolah dan mengikuti kegiatan-kegiatan yang membantu mengembangkan minat bakat mereka. Tetapi mirisnya anak jalanan yang sering kita jumpai adalah anak-anak yang masih berusia yang selayaknya mereka mendapatkan pendidikan yang layak. Tahu kah Anda? Sesungguhnya pendidikan itu sangatlah penting untuk kehidupan masa depan kita dan anak cucu kita. Kita membutuhkan anak-anak yang cerdas untuk bisa meneruskan bangsa kita. Baca lebih lanjut

Hilangnya Rasa Aman Anak Di Keluarga

Oleh : Abdurrahman Haqiqi

NIM : 12104241023

kekerasan anak

Kekerasan terhadap anak sekarang ini terus terjadi. Bahkan, pelaku kekerasan adalah orangtua kandungnya sendiri. Akibatnya, keluarga pun bukan jaminan sebagai tempat berlindung dan kenyamanan bagi tumbuh dan berkembangnya anak-anak. Kekerasan yang dialami oleh anak dalam keluarga berupa kekerasan fisik, dan seksual. Kekerasan fisik yang dialami oleh anak berupa pukulan dan tendangan yang membuat seluruh tubuh mereka dipenuhi dengan luka lebab, bahkan dari beberapa kasus kekerasan dilakukan lebih kejam lagi. Tubuh mereka melepuh akibat terkena setrika dan kuntum rokok yang menyala. Hal yang lebih riskan anak mendapatkan kekerasan seksual dari orangtua mereka. Mereka dipaksa dan diancam oleh orangtua mereka untuk melakukan hal tersebut, sehingga ada beberapa yang sampai hamil. Kekerasan-kekerasan yang terjadi pada anak pastilah membuat psikis mereka terluka dan terganggu. Mereka akan mengalami rasa kesedihan, trauma, ketakutan, kecemasan, dan depresi yang parah pada diri mereka. Hal tersebut tentunya sangat mengganggu pertumbuhan dan perkembangan anak.

Data Komisi Nasional Perlindungan Anak (Komnas PA) menyebutkan dari 5.361 kasus kekerasan pada anak yang terlaporkan ke Komnas PA sepanjang tahun 2010 hingga 2012, lebih dari 68% jenis kekerasan seksual. Sisanya merupakan bentuk kekerasan fisik. Untuk anak berhadapan dengan hukum, Komnas PA mencatat terjadi 1.494 kasus dengan proporsi jumlah anak laki-laki sebagai pelaku sebanyak 1452 orang dan anak perempuan sebanyak 43 orang. Usia yang paling banyak terjadi adalah usia 13-17 tahun. Adapun anak yang berusia 6-12 tahun sebanyak 17 orang. Dalam kasus keterlibatan anak pada narkotika, Komnas PA masih menggunakan data tahun 2010 di mana 3,8 juta anak mengonsumsi narkotika. Bahkan, data Badan Narkotika Nasional (BNN) menyebutkan korban narkotika pada 2015 bisa mencapai 5-6 juta anak. Baca lebih lanjut